Makan – makan di seputaran Sydney

Perhatian keras: Beberapa menu tidak bersertifikat halal dari MUI.

Icip – icip kuliner khas dari tempat yang dikunjungi sepertinya sudah takterpisahkan dengan jalan-jalan. Buat gw yang kemampuan memasaknya minimalis dan belum lagi rendahnya kreativitas mengganti bahan asli masakan khas dari suatu tempat yang pernah dikunjungi dengan yang ada di rumah, membuat gw hanya bisa mengenang rasanya saat melihat foto-foto makanan tersebut, seperti saat gw buka foto-foto lama dari perjalanan ke Sydney dan Canberra lebih dari setahun silam. Beberapa tempat makan membuat gw meneteskan air liur lagi. Pengen mencoba lagi, tetapi apa daya, badan belum bisa dilempar ke Australia lagi dalam beberapa tahun ke depan, jadi kali ini gw mau berbagi rasa yang tersisa.

Penekuk di Pancake On The Rock (Metcalfe Arcade) ****

Mendarat pertama di Sydney, perut kosong, sehabis meletakkan koper-koper kami di hostel, Ibam, temen gw langsung meluncurkan kami semua ke Metcalfe Arcade untuk sarapan yang begitu telat dan penekuklah yang menjadi pilihan Ibam untuk kami. Setelah selama 15 menit kami bersenda gurau di restoran yang sederhana namun tempannya nyaman ini, akhirnya pesanan dari masing-masing kami disajikan dan reaksi pertama kami (kecuali Ibam) saat pertama lihat makanan yang tersaji adalah terkejut karena porsinya yang besar (untuk ukuran kami). Reaksi ini terus berlanjut dan berubah menjadi kekaguman dan kepuasan karena rasanya yang enak (ntah karena kami kelaparan atau karena memang enak). Penekuknya lembut, terasa sangat jauh berbeda dengan penekuk yang dibuat secara masal di Camp perusahaan yang sering gw coba. Dan kelembutan penekuk yang rasanya sendiri tidak terlalu manis, menjadi semakin nikmat dengan tambahan sosis ‘nguik’, ‘nguik’ asap yang diiris tipis, dan telur mata sapi (luar biasakan?). Buat gw, ini adalah late breakfast terbaik selama gw jaan – jalan keluar dari Indonesia (sebenarnya baru 4 negara, :D). Untuk menikmati kenikmatan seperti ini, gw harus mengocek kantong sekitar $11,5 AUD. Nilai gw buat penekuk pesanan gw adalah 9,5 dan tempatnya 8,5 dari 10.

PancakePie di Harry’s Cafe de Wheel ****

Hari berikutnya, kami mencoba makanan yang konon menyesal untuk dilewatkan bila berkunjung ke Sydney; Pie di Harry’s Cafe de Wheel. Jangan tertipu dengan nama ‘cafe’ yang mengikutinya karena tidak akan seperti cafe yang tumbuh menjamur di kota-kota besar di negara kita tercinta, tetapi hanya tempat sederhana yang berukuran sekitar 3X3 meter, mungkin lebih sedikit, dan tempat duduk bulat tinggi seperti yang ada di bar, gak untuk ngobrol lama. Walaupun begitu, tidak bisa juga kita menyepelekan rasanya. Rasa emang gak pernah bohong, gak salah bila pie disini terkenal dikalangan pejalan. Pie original dari Harry’s adalah ‘Pie Peas Mash’, berhubung gw gak suka kacang hijau, waktu itu gw pesen ‘Pie Cheese & Bacon’, dan juga icip-megicip ‘Pie Chicken & Mushroom’ punya Ana. Dari ketiga pie yang disebutkan sebelumnya (gw juga icip sedikit yang kacang hijau, demi tau rasanya), gw memang gak salah milih ‘Pie Cheese & Bacon’. Menurut gw itu adalah yang terenak. Secara umum, roti untuk pie-nya sangat lembut, tidak sekeras penampakannya saat memegang. Pertama digigit pie-nya lembut, kemudian bagian dalam dari pie sendiri (isinya yang sesuai pesanan kita) akan meluber di mulut. Krim keju yang menutupi bagian atas pie sangat lembut dan memberikan rasa asin yang pas. Untuk pie di Harry’s gw sangat merekomendasikan untuk dicicipi saat berkunjung ke Sydney karena gw sendiri gak hanya sekali membelinya. Untuk rasa pie yang tidak pernah mengecewakan gw untuk kesekian kali mencoba, gw kasih nilai 9,5 dari 10 yang sebanding dengan uang berkisar $4-6 AUD sebiji.

PeasOh ya, selain pie, Harry’s menyediakan varian hot dog dan roti, tetapi gw gak menyarankan untuk mencoba, khususnya hot dog karena rasanya kurang memuaskan, padahal saat itu gw coba saat gw lapar. Untuk hot dog gw Cuma bisa kasih nilai 7 dari 10.

Hamburger di Whooper

Hari ketiga, kami mencicipi makanan cepat saji dari Whooper (Burger King) di jalan dari Sydney ke Canberra. Maaf lagi kalo mau tulis, kali ini gw gak bosan-bosannya memesan yang berbau pork atau bacon, yah hamburger with bacon menjadi pilihan gw (no pict, lupa ambil sangking laparnya). Sekali lagi, roti untuk sandwich di Whooper ini lembut, walaupun tebal dan bacon sebagai daging pelapisnyapun tak kalah tebal. Oleh karena itu, dibutuhkan tempat yang lumayan besar di perut untuk menjadikan ini menu sarapan seperti kami. Untuk kelembutan daging dan roti, gw memberikan nilai 8 dari 10 dan ini bisa didapatkan dengan mengeluarkan uang $5 AUD.

Berbagai jenis Rib Steak di Hurricane *****

Hurricane ini adalah tempat yang selalu gw rekomendasikan ke temen-temen yang akan berkunjung ke Sydney setelah gw mencicipi kelezatannya. Gw gak dapat royalti emang dari promosi yang gw lakukan ini, hanya sebagai ungkapan kepuasan buat rasa makanannya, walaupun mungkin untuk antriannya, buat perut yang sudah lapar atau orang yang gak suka antri demi makanan mungkin akan merasa tidak seimbang. Masuk ke restoran ini memang kata Ibam akan selalu antri. Hanya buka di malam hari dengan suguhan pemandangan Darling Harbour malam hari yang indah, membuat kami rela menunggu antrian 1 jam untuk dapat meja di restoran ini, untung saja penyajiannya tidak selama antrian masuknya. Dan lamanya waktu menunggu terbalaskan saat separuh porsi ‘Pork Steak’ terpampang di depan mata, beserta dengan kentang goreng yang porsinya gak kalah besar. Lagi – lagi yang membuat gw senang dengan makanan di Sydney adalah kelembutannya, jadi gw gak perlu melakukan keras saat mengigit daging yang mengelilingi tulang rusuk sang empunya. Untuk bumbunya sendiri sangat pas. Gw suka rasa sausnya, gw gak bisa menemukan kata yang pas untuk bumbunya, tetapi bila diibaratkan dengan pakaian, rasanya elegan, bumbunya gak terlalu berlebihan, tapi pas, pantas, dan mewah. Untuk rasa gw kasih 10 dari 10, beneran. Dan untuk tempat 8 dari 10 (karena terlalu ramai dan remangnya terlalu berlebihan). Seporsi steak di Hurricane dihargai sekitar $20 AUD.

HurricaneFish & Chips di Katoomba dan Bondi

Berikutnya yang gak bisa juga dilewatkan dari Sydney adalah ‘Fish & Chips’. Berhubung masih dipengaruhi oleh Inggris, makanan inipun menjadi makanan lazim. Kami menyicipi ‘Fish & Chips’ di dua tempat; katoomba dan Bondi’. Di Katoomba kami memesan ‘Seafood Fish & Chips’ dan di Bondi kami memesan ‘Calamari Fish & Chips’. Dari kedua tempat ini, gw lebih mengunggulkan yang kami beli di Bondi. ‘Calamari Fish & Chips’ di Bondi unggul dalam hal rasa, kekenyalan gorengan cumi-cumi dan ikannya, serta gorengan tepung yang menyelimuti cumi-cumi dan dan ikan yang renyah. Harga satu  paket berkisar $15-20 AUD dan dapat dipastikan porsinya besar (3-4 orang, kemampuan makan kami dan tidak habis). Berdasarkan rasa dan hasil memasaknya, untuk ‘Fish & Chips” Katoomba gw kasih nilai 7,5 dan Bondi 8,5 dari 10.

Fish and ChipsChocolate Chip Cookies dan Coklat di Max Branner

Max Branner adalah salah satu produk makanan lokal Australia. Untuk para pencinta coklat, baik itu coklat hilam maupun putih, jangan melewatkan tempat yang satu ini karena semua menunya terbuat dari bahan dasar coklat. Menu yang gw coba saat bertandang ke Max Branner di sekitaran Bondi Junction adalah ‘Chocolate Chip Cookies’ dan Coklat Hangat. Untuk rasa sebenarnya gw bingung untuk memberi penjelasan karena yang ada pastinya rasa coklat, baik cookies, ataupun minuman hangat yang gw pesan, keduanya berasa coklat banget. Minuman coklat hangatnya sangat kental, seperti meminum coklat padat yang cairkan tanpa diberi campuran dan sangat manis. Untuk Chocolate Chip Cookies-nya, gw suka karena tidak semanis coklat hangatnya (atau mungkin kalah dengan rasa minuman yang gw teguk duluan?). Uang yang dikeluarkan untuk kedua menu tersebut berkisar $5-10 permenu.

Max BrennerNasi Goreng di Mrs Macquarie’s Shopping Mall

Ah, kalo ingat makanan yang satu ini, sepertinya kesalahan emang ada di gw, gak seharusnya memesan masakan Cina yang bukan di lokasi Pecinan. Tapi waktu itu, darah Indonesia gw lagi mengalir deras. Setelah hari ke-5 tanpa makan nasi, akhirnya gw menyerah juga. Berhubung di mall yang gak kecil itu hanya ada satu toko yang menjual nasi dan berjudul ‘Chinese Food’, jadilah gw pilih nasi ini. Gw lupa namanya, yang pasti nasi goreng kacang polong dan telur dengan lauk tambahan ayam goreng tepung dan satu biji bakso. Mungkin dari warna masakannya sudah tidak begitu menasrik dan memang rasanyapun begitu. Nasinya yang pasti keras, ayamnya tidak renyak dan sangat berminyak, dan baksonyapun berminyak. Dari keseluruhan, penyajian dan rasa gw cuma bisa kasih nilai 6,5 dari 10. Sepiring menu ini dihargai $12 AUD (mahalnya harga makanan bikin gw tambah mayun).

RiceRoti di Bouke Street Bakery

Toko roti yang satu ini sebelumnya gak ada di daftar gw, tetapi gw lumayan terkejut setelah ‘browsing’ di Internet, tempat ini lumayan terkenal. Lagi – lagi Ibam yang membawa gw ke sini. Sore hari, duduk santai sambil menikmati roti di toko ini dan ditemani udara Musim Semi di Sydney yang sejuk dan bersih rasanya nikmat sekali, belum lagi aroma roti yang dipanggang menambah nikmatnya jajanan sore hari. Gw lupa nama roti yang gw ambil, tapi rasanya sepertinya gw gak lupa. Walaupun di gambar memperlihatkan tekstur roti yang padat dan keras, tetapi sebenarnya rotinya sendiri tidak keras, tetapi juga tidak selembut pie Harry’s, cukup nyaman untuk dikunyah dengan santai, tidak perlu usaha keras untuk menggigitnya dan tak perlu ketakutan isi roti akan berhamburan karena terlalu lembut. Untuk roti yang gw pesan, rasanya tidak terlalu manis, bahkan cenderung plain (gw suka yang gak terlalu manis, soalnya takut eneg karena gw udah manis, *hatsim*), rasa manis hanya diperoleh dari taburan gula halus di permukaan roti dan ditambah penguat rasa dari dua potongan rempah khas sana yang gw juga lupa namanya. Untuk Roti yang harganya sekitar $5 AUD ini, gw kasih nilai 8,5 dari 10.

BreadSebagai tambahan sedikit referensi, gw juga coba roti yang Ibam beli (sebelah kanan foto), roti iitu sedikit lebih manis, dan crusty, selain itu tambahan kacang diatasnya membuat roti tamabah enak.

Apple Cidar (Dari berbagai Toko) dan Cocktail di King Cross Bar

Cidar bisa ditemui di toko yang menjual makanan kemasan. Cidar yang berupa minuman beralkohol ini cukup bersahabat dengan gw rasanya. Walaupun gw mencintai teh tawar tanpa gula, tapi gw gak mencintai minuman beralkohol, apalagi yang rasanya pahit. Cidar ini memiliki berbagai rasa, dan kebetulan yang gw coba adalah rasa apel, dan sangat jauh berbeda dengan alkohol. Apple cidar  ini manis dan lembut. Untuk rasa yang memberikan sensasi baru buat gw, Apple cidar gw kasih nilai 8 dari 10, untuk harga gw gak tau karena ini traktiran :p.

Minuman lain yang gw coba adalah Cocktail. Jangan tanya cocktail apa karena yang gw tau adalah saat itu, kami memesan cocktail buatan bartender khusus di malam itu. Jadi dengan satu pitcher cocktail yang dihargai sekitar $180 AUD, kami mendapatkan minuman yang manis dan ada sedikit, sedikit sekali rasa asam yang membuat cocktail terasa lebih segar. Saat di minum, cocktail yang memberikan ledakan-ledakan kecil di mulut ini terasa lembut dan rasanya ramai (seperti permen nano-nano yang gak satu rasa aja). Untuk Cocktail spesial bartender di King Cross Bar ini, gw kasih nilai 8,5 dari 10.

IMG_20121229_151321Nah, sekian berbagi cerita tentang makanan yang kami coba selama di Sydney dan Canberra. Penilaiannya memang sangat subjektif karena itu makanan, gw Cuma bisa bilang; enak, enak banget, dan kurang enak, jadilah pembahasannya seperti di atas. Apapun itu semoga membantu dan membuat ngences.

Ada yang menarik?

11 Comments

  1. Bulan lalu di Perth berhubung gak makan pork bacon, kami cuma jajan di fish n chip yg harganya 15 Dollar-setara all you can eat di Hanamasa. Sisanya beli bahan di supermarket- masak sendiri n dibawa buat bekal jalan2. Masih pengen ke Aussie lg tapi ke Sidney or Melbourne.hehe

    1. Ah, porsinya seperti apa? kalo kemren kami, besar sekali, makan berempat chips-nya sisa banyak, tapi fish-nya ludes, kekekekekeke
      Eh, sekarang makan di Hanamasa segitu? mahal banget, dua tahun yang lalu masih 100ribu per orang (sejak balik dari Jepang belum mau makan di Hanamasa) 😉 gaya yah.

      Ehm, berhubung kami pecinta makan, jarang membeli makan di Supermarket, disiasatinnya dengan mencoba rame-rame satu menu karena kebetulan porsi orang sana terlalu besar buat kami, walaupun badannya gede2 gak pernah habis kalo satu orang beli satu menu. 😀

      Samaaaaa, kalo OZ pengen balik lagi, kalo bisa Melbourne sama Darwin, atau Tazmania, kalo ke Sydney lagi mau, ideal banget ini kota untuk ditinggalin apalagi kalo penghasilan cocok.:)
      Wah kalo mau ke sana cerita2 yah, siapa tau kami tersetani dan mau balik. 😀

    1. Sangaaaat,info temenaku beberapa minggu lalu, Hurricane grill sudah ada di Jakarta, kalo gak salah ingat di daerah Kemang mas. Tapi seporsi bisa 500 ribu rupiah, ewwwww. Kayanya kalo mas dedi bisa contoh resepnya deh. 😀

  2. Wah makanannya tampak lezat-lezat, tapi buatku banyak ranjaunya. Btw aku baru liat panekuk yang dihidangkan dengan protein semacam sosis, smoke beef dan telur mata sapi. Dan, sepertinya nasi goreng paling enak tetap di Indonesia ya, apalagi nasi goreng kampung dengan pete hahaha

    1. Pasti, nasi goreng juara kalo Indonesia mas. Tapi kmren selama beberapa hari temen aku yang gak bisa makan pork selalu bareng kami makannya, entah karena sudah lama tinggal di sana jadi cuek atau ditahan2in, kami makan grilled pork, dia mesen grilled angush (enak juga, aku sempat nyantap beberapa potong angush-nya), nyantapnya beberapa yah. kekekeke. Terus kaya burgen bacon, dia pesen yg beef burger. tapi tetap semua di suatu lokasi. Semoga saja emang loyangnya di pisahin. Temen aku percayanya begitu (jadi panjang yah?).
      Nah itu dia, ada yang sama ice cream juga, banyak macamnya, tapi tetap di kasih maple syrup di meja kami. 🙂

    2. Nah asal loyangnya dipisahin sih, bakal aman-aman aja. Hahaha itu nyobain beberapanya kayaknya banyak ya hehe 🙂 *langsung lapar*

    3. HArus mempercayai itu mas kayanya, kalo gak ntar susah makan, kecuali cari yg khusus tanpa Po*k. 😀
      Hehehehe, iyah, nyobainnya kadang gak tau diri. Untung yang punya menu masih selera. 😀 😀

Ngobrol yuks.. ^_^